sumber: www.kalahkankanker.com |
Manusia
memiliki sistem imun yang merupakan mesin penghancur yang akurat untuk membasmi
apapun yang tidak semestinya ada dalam tubuh, termasuk termasuk bakteri, virus,
bakteri hingga sel tubuh yang sudah bermutasi, dengan cara mengenali
macam-macam perubahan kecil yang bisa membuat sel normal menjadi sel “asing”.
Dalam keadaan normal, sistem imun akan mengeliminasi sel asing atau abnormal
dengan mengerahkan sel T untuk mencari dan menghancurkan potensi ancaman. Sel T
memiliki 3 cara kerja, yaitu:
- MENCARI: Sel T mencari semua hal yang berbahaya bagi tubuh
- MEMINDAI: Sel T memindai sel-sel untuk membedakan antara sel yang normal dan abnormal atau ‘asing’
- MENYINGKIRKAN: Ketika terdeteksi, sel abnormal diserang dan disingkirkan oleh sel T
Sistem ini
memang rumit, namun dari hasil trial-and-error sepanjang sejarah genetika, sistem ini memiliki tingkat
keberhasilan 99,9999%. Terjadinya kanker terdapat pada 0,0001% dari resiko
kegagalan tersebut. Kanker adalah salah satu sel yang bermutasi menjadi
berbahaya yang gagal dikenali dan dibunuh oleh sistem imun. Sel
asing yang telah bermutasi ini bisa menghindari respons sistem imun sehingga
sel tersebut bisa berkembang menjadi tumor yang berbahaya. Kanker memakai semacam
kamuflase untuk mengelabuhi sistem imun sehingga terlihat seperti sel normal.
Sebagian sel kanker menghasilkan protein yang disebut “checkpoint” pada permukaan sel yang membuat sel T tidak dapat
mengenali dan melawan sel kanker.
sumber: www.roche.co.id |
Penghambat sel T untuk menghancurkan kanker adalah protein
PD-L1 yang berinteraksi dengan PD-1 dan B7.1, dimana
keduanya terdapat pada permukaan sel T. PD-L1bekerja seperti rem yang menghambat
proses pembentukan dan aktivasi pasukan sel T di kelenjar getah bening dan
menghalangi proses penghancuran sel kanker oleh sel T di dalam tumor, sehingga
sel T tidak bisa bekerja secara efektif. Oleh sebab itu, memblokir PD-L1 adalah
salah satu cara mencegah kanker menonaktifkan sel T dalam tumor
microenvironment - tempat dimana sel kanker tumbuh dan berinteraksi dengan
sel-sel lainnya.
Imunoterapi
merupakan pengobatan kanker yang mengembalikan fungsi sistem imun untuk menghancurkan
kamuflase sel kanker dengan cara memblokir ikatan PD-L1 dengan protein lain
sehingga sel T dapat mengenali, menargetkan dan membasmi sel-sel kanker sebelum
sel-sel itu menghancurkan kita. Respons sistem imun terhadap kanker yang rumit
telah dirangkum menjadi siklus imunitas kanker. Siklus ini digunakan
sebagai kerangka berpikir untuk riset imunoterapi kanker di seluruh dunia.
sumber: www.suara.com |
1. Pelepasan Antigen
Siklus dimulai dengan
pelepasan antigen. Ini adalah proses ketika sel kanker mati lalu melepaskan
antigen. Pada dasarnya, antigen adalah potongan protein kecil dari sel kanker
yang telah mati.
2. Antigen Presentation
Ini adalah tahap ketika
antigen diambil oleh antigen
presentation cell (sel dendritik), yang kemudian membawa
antigen ke tempat pembuangan lokal di kelenjar getah bening.
3. Produksi dan Aktivasi Sel T
Di tahap 3, sel
dendritik memberikan potongan antigen pada sel T sehingga kemudian terproduksi
dan teraktivasi.
4. Perjalanan Sel T
Setelah sel T
diaktifkan di tahap 3, mereka masuk ke pembuluh darah dan mencari sel kanker.
5. Infiltrasi Sel T ke dalam Tumor
Ketika sel T tiba di
lokasi tumor, tugas mereka adalah untuk masuk ke dalam lokasi tumor. Pada
dasarnya, sel T harus menghancurkan dinding pertahanan tumor dan menembus
masuk.
6. Pengenalan Kanker oleh Sel T
Di dalam tumor,
terdapat sel-sel kanker yang akan dikenali oleh sel T yang telah masuk.
7. Sel T Menghancurkan Sel Kanker
Di tahap ini, sel T
menjadi aktif untuk melawan sel kanker dan mampu menghancurkannya.
sumber: www.roche.co.id |
Sampai
saat ini, penelitian mengatakan bahwa cara kerja imunoterapi jauh lebih efektif
dan minim efek samping jika dibandingkan dengan kemoterapi. Misalnya saja dalam
hal waktu harapan hidup. Jika dalam penelitian kemoterapi dapat meningkatkan
harapan hidup kurang lebih 16,7 bulan, maka imunoterapi bisa mencapai 30 bulan.
Saat ini, satu-satunya imunoterapi yang ada di Indonesia adalah
atezolizumab yang merupakan anti PD-L1 untuk pasien kanker paru bukan sel kecil
dan kandung kemih stadium lanjut. Artinya, atezolizumab diberikan pada pasien
kanker paru dan kandung kemih yang sudah mendapat kemoterapi.
Obat-obatan
baru yang menargetkan masing-masing tahapan dalam siklus imunitas kanker masih
terus dikembangkan. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa imunoterapi yang
sukses di masa depan adalah kombinasi dari beberapa perawatan seperti
radioterapi, kemoterapi dan obat-obatan yang semuanya disesuaikan dengan
kondisi biologis pasien. Oleh sebab itu, penting bagi pasien kanker untuk terus berkonsultasi dengan dokter
terkait dengan pengobatan kanker yang efektif.
Komentar
Posting Komentar